Profil Desa Larangan
Ketahui informasi secara rinci Desa Larangan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Larangan, Kecamatan Pengadegan, Purbalingga. Mengungkap legenda di balik namanya yang unik, kekuatan ekonomi dari perkebunan cengkeh dan industri gula kelapa, serta kearifan lokal masyarakat perbukitan dalam menghadapi tantangan zaman.
-
Identitas Sejarah yang Unik
Nama "Larangan" (berarti terlarang) bukan sekadar sebutan, melainkan berakar dari legenda dan sejarah lokal yang membentuk karakter serta kearifan masyarakatnya hingga saat ini.
-
Pilar Ekonomi Perkebunan Rakyat
Perekonomian desa secara dominan ditopang oleh hasil perkebunan lahan kering, terutama komoditas cengkeh sebagai pendapatan tahunan dan industri gula kelapa sebagai sumber penghasilan harian yang vital.
-
Resiliensi di Wilayah Rawan Bencana
Berada di topografi perbukitan yang rawan gerakan tanah, masyarakat dan pemerintah Desa Larangan memprioritaskan mitigasi bencana dan pembangunan infrastruktur yang adaptif sebagai kunci keberlangsungan hidup.

Di antara jajaran perbukitan hijau Kecamatan Pengadegan, Kabupaten Purbalingga, terdapat sebuah desa dengan nama yang mengundang tanya dan sarat akan cerita: Desa Larangan. Nama yang secara harfiah berarti "terlarang" ini bukan sekadar label administratif, melainkan sebuah warisan verbal dari legenda masa lalu yang terus hidup dalam ingatan kolektif warganya. Jauh dari kesan misterius, Desa Larangan justru menampilkan wajah sebuah komunitas agraris yang tangguh, produktif dan memegang teguh kearifan lokal.
Desa ini merupakan perpaduan menarik antara kekayaan sejarah takbenda dan potensi sumber daya alam yang melimpah. Perekonomiannya berdenyut dari hasil perkebunan rakyat, sementara tatanan sosialnya diperkuat oleh nilai-nilai yang diwariskan leluhur. Profil ini akan mengupas secara mendalam dan objektif Desa Larangan, menyelami asal-usul namanya yang unik, membedah kekuatan ekonominya, serta menyoroti bagaimana masyarakatnya beradaptasi dengan tantangan geografis di dataran tinggi Purbalingga.
Asal-Usul Nama dan Kekayaan Sejarah Lokal
Daya tarik utama yang membedakan Desa Larangan dari desa lainnya ialah cerita di balik namanya. Menurut penuturan yang berkembang secara turun-temurun di kalangan masyarakat setempat, nama "Larangan" berkaitan erat dengan sebuah peristiwa sejarah atau mitos dari masa lampau.
Salah satu versi legenda yang paling populer mengisahkan tentang area ini sebagai "tanah terlarang" pada zaman dahulu. Konon, wilayah ini merupakan tempat yang dikeramatkan atau menjadi tempat persembunyian tokoh-tokoh penting sehingga orang biasa dilarang untuk memasuki atau mengusiknya. Versi lain menyebutkan adanya larangan-larangan atau pantangan tertentu yang harus dipatuhi oleh siapa pun yang tinggal atau melintasi wilayah tersebut demi menjaga keselarasan alam dan menghindari malapetaka.
Meskipun kebenaran historis dari legenda ini sulit untuk diverifikasi secara ilmiah, cerita tersebut telah menjelma menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas desa. Ia tidak hanya memberikan nama, tetapi juga menanamkan rasa hormat terhadap alam dan warisan leluhur. Kearifan lokal yang terkandung di dalamnya—seperti pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan mematuhi norma tak tertulis—terus relevan dan dipraktikkan oleh masyarakat hingga kini.
Kondisi Geografis dan Tata Ruang Wilayah
Secara geografis, Desa Larangan memiliki karakteristik khas wilayah Kecamatan Pengadegan, yakni berada di dataran tinggi dengan kontur tanah yang bergelombang dan berbukit. Lanskap ini didominasi oleh lahan perkebunan dan hutan rakyat, dengan permukiman yang tersebar di antara lembah dan punggung bukit.
Batas-batas wilayah Desa Larangan secara administratif adalah sebagai berikut:
- Sebelah UtaraDesa Pasunggingan
- Sebelah TimurDesa Tetel (Kecamatan Pengadegan)
- Sebelah SelatanDesa Pengadegan dan Desa Karangjoho
- Sebelah BaratDesa Bedagas
Topografi yang curam dan berbukit ini memberikan dua sisi mata uang. Di satu sisi, ia menyediakan lahan yang subur untuk tanaman perkebunan dan menyajikan pemandangan alam yang indah. Di sisi lain, kondisi ini membawa risiko bencana alam yang tinggi, terutama gerakan tanah atau tanah longsor pada musim penghujan.
Data Wilayah:
- Luas WilayahMenurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Desa Larangan memiliki luas wilayah 3,19 km². Pemanfaatan lahan sebagian besar dialokasikan untuk perkebunan, tegalan, dan permukiman.
- Kode PosSeluruh urusan surat-menyurat dan administrasi logistik di Desa Larangan menggunakan kode pos Kecamatan Pengadegan, yaitu 53393.
Demografi dan Struktur Sosial Masyarakat
Populasi Desa Larangan mencerminkan komunitas perdesaan yang hidup dari hasil alam. Data kependudukan BPS mencatat jumlah penduduk Desa Larangan sebanyak 3.469 jiwa, terdiri dari 1.776 laki-laki dan 1.693 perempuan. Dengan luas wilayahnya, desa ini memiliki tingkat kepadatan penduduk sekitar 1.087 jiwa per km², menunjukkan sebaran penduduk yang cukup padat di klaster-klaster permukiman.
Struktur mata pencaharian penduduk sangat homogen, dengan mayoritas berprofesi sebagai petani perkebunan. Keterampilan dalam mengelola tanaman keras seperti cengkeh dan kelapa merupakan andalan utama. Selain itu, banyak warga, khususnya para pria, yang memiliki keahlian sebagai penderes nira kelapa, sementara para wanita berperan penting dalam proses memasak nira menjadi gula kelapa (gula merah).
Struktur sosial masyarakatnya sangat komunal. Ikatan kekerabatan dan tetangga begitu kuat, dipererat oleh semangat gotong royong yang menjadi fondasi dalam menghadapi berbagai kegiatan komunal dan tantangan, termasuk dalam sistem mitigasi bencana berbasis masyarakat.
Roda Pemerintahan dan Prioritas Pembangunan
Pemerintahan Desa Larangan, yang dipimpin oleh seorang Kepala Desa beserta jajarannya, menjalankan tugasnya dengan fokus pada isu-isu krusial yang relevan dengan kondisi wilayahnya. Prioritas utama pembangunan desa diarahkan pada:
- Infrastruktur AdaptifPembangunan dan pemeliharaan infrastruktur jalan menjadi agenda vital untuk membuka isolasi antardusun dan memperlancar pengangkutan hasil bumi. Pembangunan jalan rabat beton dan penguatan tebing jalan menjadi pilihan utama untuk menyesuaikan dengan kontur tanah yang labil.
- Mitigasi BencanaBekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan lembaga terkait, pemerintah desa aktif melakukan sosialisasi dan membangun infrastruktur mitigasi bencana, seperti pembangunan talud penahan longsor dan normalisasi saluran air.
- Pemberdayaan Ekonomi LokalMelalui Dana Desa, pemerintah menyalurkan bantuan untuk memperkuat ekonomi warga, baik melalui Bantuan Langsung Tunai (BLT-DD) bagi keluarga yang membutuhkan maupun program pemberdayaan untuk UMKM, seperti para perajin gula kelapa.
Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran menjadi pegangan utama, dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai lembaga pengawas dan mitra dalam perumusan kebijakan strategis desa.
Nadi Perekonomian dari Kebun Rakyat
Perekonomian Desa Larangan berdetak seirama dengan siklus panen dari kebun-kebun rakyat yang terhampar luas di perbukitan. Sektor ini menjadi tulang punggung yang menopang kehidupan ribuan jiwa di desa tersebut.
Komoditas Andalan:
- Gula Kelapa (Gula Merah)Industri ini merupakan denyut nadi ekonomi harian Desa Larangan. Setiap pagi, para penderes nira memulai aktivitasnya. Nira yang terkumpul kemudian diolah oleh para wanita di dapur-dapur tradisional menjadi gula merah berkualitas. Produk ini tidak hanya dijual di pasar lokal Purbalingga, tetapi juga diserap oleh pengepul untuk didistribusikan ke kota-kota besar. Industri ini memberikan pendapatan harian yang stabil bagi masyarakat.
- CengkehSebagai komoditas dengan siklus panen tahunan, cengkeh menjadi sumber pendapatan besar yang dinantikan para petani. Harga cengkeh yang cenderung tinggi menjadikannya sebagai "tabungan" tahunan bagi warga untuk membiayai kebutuhan besar seperti pendidikan anak, renovasi rumah, atau membeli aset.
- Hasil Kebun LainnyaSelain dua komoditas utama itu, warga juga menanam berbagai tanaman lain seperti kapulaga, kopi, dan kayu albasia sebagai bentuk diversifikasi untuk menjaga stabilitas ekonomi.
Tantangan Zaman dan Peluang Masa Depan
Di tengah potensinya yang besar, Desa Larangan menghadapi serangkaian tantangan yang harus diatasi untuk melangkah ke masa depan yang lebih baik.
- Risiko Bencana AlamAncaman tanah longsor tetap menjadi tantangan utama yang membutuhkan perhatian berkelanjutan, baik dari sisi teknologi mitigasi maupun kesiapsiagaan masyarakat.
- Stabilitas Harga KomoditasKetergantungan ekonomi pada beberapa jenis komoditas membuat desa ini rentan terhadap fluktuasi harga pasar global dan nasional.
- Regenerasi PetaniSeperti banyak desa agraris lainnya, tantangan untuk menarik minat generasi muda agar mau melanjutkan profesi sebagai petani perkebunan menjadi isu penting untuk keberlanjutan ekonomi jangka panjang.
Peluang pengembangan di masa depan terbuka lebar. Penguatan merek "Gula Kelapa Asli Larangan" dengan standar organik dan kemasan yang menarik dapat meningkatkan nilai jual produk. Selain itu, potensi wisata budaya dan sejarah yang berbasis pada legenda nama desa bisa menjadi daya tarik unik. Pengunjung tidak hanya menikmati alam, tetapi juga "membeli" cerita dan pengalaman otentik dari Desa Larangan.
Desa Larangan adalah sebuah bukti bahwa identitas sebuah wilayah tidak hanya dibentuk oleh kondisi geografis atau ekonominya, tetapi juga oleh kekayaan cerita yang diwariskannya. Di sini, legenda masa lalu tidak menjadi penghalang kemajuan, melainkan menjadi fondasi kearifan yang memperkuat karakter masyarakatnya. Dengan pilar ekonomi yang kokoh dari hasil perkebunan dan semangat gotong royong yang membara, Desa Larangan terus bergerak maju, membuktikan bahwa di dalam "tanah terlarang" justru tersimpan berkah kehidupan yang melimpah.